PSP Pasca Lolos ke Divisi Utama
Oleh : N. Nofi Sastera*
Sebagai sebuah tim perserikatan yang sudah sangat senior, PSP memang sejajar dengan Persija Jakarta, PSMS Medan, Persebaya Surabaya, Persib Bandung dan PSM Makasar. Dari catatan sejarah, PSP bersama ke lima tim perserikatan di atas, dulunya pernah disebut sebagai Enam Jawara Perserikatan Sepakbola Indonesia. Itu pula sebabnya PSP dulunya paling sering mendapat kehormatan dikunjungi tim-tim besar dari luar negeri seperti Lokomotiv Moscow Rusia, Red Stars Belgrade Yugoslavia, Sao Paolo Brazil dan Middlesex Wanderrers Inggris.
Dari tim ini pula pernah lahir pemain sekaliber Arifin yang pernah memperkuat Indonesia pada putaran final Piala Dunia 1938 meskipun dengan bendera NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie). Dari tim ini pula pernah lahir pemain sekaliber Oyong Liza, Ishak Liza dan Suhatman Imam yang pernah nyaris meloloskan Indonesia ke Olympiade 1976, jika saja pada saat itu eksekusi terakhir dari Anjasmara berhasil mencetak gol ke gawang Korea Utara yang dikawal kiper An Se Uk.
Gali Lobang Tutup Lobang
Kembali ke tim PSP 2007. Keberhasilan tahun ini, setelah menunggu selama enam tahun sejak degradasi tahun 2001 lalu, tentu terasa sangat menyejukkan. Terutama bagi pengurus PSP periode 2004-2008 yang sejak awal mencanangkan membawa PSP kembali ke Divisi Utama. Seperti tertuang pada Buku Program Kerja Empat Tahun Pengurus PSP periode 2004-2008, maksimal PSP ditargetkan lolos ke Divisi Utama tahun 2008. Alhamdulillah, target itu tercapai, persis sebagaimana yang dirancang sejak awal.
Kepuasan ini tentu saja sangat beralasan. Sebab bila diingat bagaimana di awal-awal kepengurusan ini berjalan, PSP harus terseok-seok di Divisi III PSSI Sumbar. Akibatnya PSP harus berkompetisi dulu dengan tim-tim Sumbar lainnya. Saya pribadi masih ingat bagaimana saya harus mengalami mabuk darat (saya memang tak kuat jalan darat terlalu jauh) untuk melihat tim PSP bertanding di Lapangan Gumarang Batusangkar dan terakhir final melawan PSKB Bukittinggi di Stadion Batutupang Solok.
Saya juga sangat hafal bagaimana pusingnya pengurus harus gali lobang tutup lobang mengatasi persoalanan pendanaan untuk tim PSP. Selain Ketua Umum PSP Yusman Kasim yang harus tunggang langgang melakukan lobi demi lobi serta berjuang di DPRD untuk meloloskan anggaran PSP, Saudara Indra Dt. Rajo Lelo, Manajer Tim PSP yang sukses selama empat periode kompetisi (sejak Divisi III sampai lolos ke Divisi Utama tahun ini) adalah orang yang menurut saya paling marasai dalam mengelola tim PSP. Sebab tak terhitung lagi kalinya ia harus rela manumbok kekurangan dana PSP dengan dana pribadinya sebelum akhirnya diganti oleh pengurus. Bahkan sejumlah uangnya sampai saat ini terpaksa harus direlakannya tak kembali. Semuanya tentu hanya demi PSP Padang, tanpa pamrih apa pun.
Sekarang, PSP sudah kembali ke Divisi Utama. Akankah kebiasaan tumbok-manumbok, hutang sana hutang sini atau pontang-panting mencari dana untuk mengelola tim PSP ini masih akan berulang? Masih akan adakah keluhan miris dari Saudara Indra Dt. Rajo Lelo yang kadang sudah hampir angkat tangan mencari panumbok biaya PSP karena selain capek mencari panumbok biaya ia juga banyak dicerca masyarakat pencinta yang mungkin menganggap PSP punya banyak uang sehingga Manajer hanya tinggal mengeruk uang itu untuk mengelola tim PSP ini.
Di bagian lain, berkaca kepada pengalaman dan berkaca kepada nasib Persiraja saat ini, kita semua tentu juga tak ingin PSP hanya sekedar numpang lewat di Divisi Utama. Meski secara finansial dan prasarana pendukung PSP juga belum cocok ke Liga Super, namun setidaknya PSP harus eksis dan bertahan di Divisi Utama. Sebab PSP-lah satu-satunya tim asal perserikatan di Sumbar yang ada di Divisi Utama.
Gerak Cepat
Untuk itu menurut saya, PSP haruslah bergerak cepat dari sekarang-sekarang. Yang terpenting tentu saja soal pendanaan PSP di Divisi Utama nanti. Apalagi di tahun 2008 Padang juga akan disibukkan dengan Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah). Sebagaimana yang sudah saya rasakan sejak jadi Sekretaris Tim PSP mulai tahun 1996 lalu, kegiatan Pilkada sering sangat menyita perhatian sehingga pengelolaan pendanaan PSP sering terabaikan. Sebut saja seperti Pilkada tahun 1997, dimana Suhatman Imam sebagai pelatih kepala saat itu mundur dari tim karena gaji pemain PSP sudah tiga bulan tidak dibayarkan. Pada Pilkada tahun 2003 juga begitu. PSP saat itu bahkan jatuh ke Divisi III, divisi terbawah dari sistem persepakbolaan nasional.
Seperti sudah sama-sama diketahui pendanaan Divisi I tentu tidak sama dengan Divisi Utama. Selain peningkatan kualitas pemain yang diiringi peningkatan gaji dan kontrak pemain, biaya pertandingan kandang dan tandang serta biaya akomodasi dan konsumsi juga otomatis berbeda dengan saat di Divisi I. Bila kini PSP sudah menghabiskan biaya sekitar kurang lebih Rp 4,5 M meski dari APBD 2007 hanya Rp 2,75 M (Rp 2,5 M dari APBD Padang dan Rp 250 Jt dari APBD Provinsi), tentu bisa diperkirakan sekurang-kurangnya PSP butuh sekitar Rp 5 – 5,5 M untuk menyelesaikan kompetisi Divisi I tahun ini.
Berkaca kepada tim-tim perserikatakan kecil yang timnya berada di Divisi Utama saat ini seperti PSDS Deliserdang, paling kurang PSP butuh biaya sebesar Rp 9 – 10 M bila berlaga di Divisi Utama. Jumlah ini tentu saja bila PSP hanya pasang target bertahan. Tapi jika ingin mentargetkan juara, tentu jumlah sebegitu tak ada artinya. Lihat saja Persija yang sudah menganggarkan Rp 25 M atau PSMS dan Persebaya yang menganggarkan sekitar Rp 20 M. Prestasi tim-tim itu pun juga belum otomatis juara.
Benar seperti istilah yang sering disebut-sebut Walikota Padang Fauzi Bahar bahwa logistik tidak akan pernah memenangkan perang, tapi tanpa logistik jangan harap bisa memenangkan perang. Itu artinya bahwa meski uang banyak bukanlah jaminan untuk bisa juara, tapi tanpa uang juga jangan berharap untuk jadi juara. Sisi inilah yang perlu menjadi pemikiran kita bersama.
Memang sudah pernah ada beberapa wacana seperti penggabungan PSP Padang dengan Semen Padang atau pengelolaan PSP diserahkan ke Pemda Sumbar. Namun tentunya ini diharapkan tidak hanya jadi sebatas wacana. Hendaknya hal itu harus diwujudkan menjadi kenyataan. Dalam arti kata harus ada langkah konkrit yang bisa menjadi jaminan agar PSP bisa eksis di Divisi Utama.
Muara dari semua itu tentu kita pulangkan kepada masyarakat dan Pemerintah Daerah untuk memikirkan hal. Sebab ketika semua masyarakat menginginkan kebanggaan harus ada tim dari Sumbar yang berada di Divisi Utama, Insya Allah PSP kini telah bisa mewujudkannya. Kini, ketika kebanggaan itu telah terwujudkan, tentu tanggungjawab kita pula untuk menjaga kebanggaan itu.
Seperti sering dikatakan Ketua Umum PSP Yusman Kasim bahwa pemilik PSP adalah masyarakat dan pemerintah daerah, sedang pengurus hanya pihak yang diberi kepercayaan untuk mengelola. Karena itu mungkin kini saatnya kita sama- sama tunjukkan tanggungjawab kita sebagai pemilik (owner) tim PSP ini. Harapannya tentu saja agar PSP bisa berprestasi dan tak hanya sekedar numpang lewat di Divisi Utama.
Siapkah Owner?
(* - Penulis adalah Sekretaris Umum PSP Padang)
1 komentar:
selamat untuk kejayaan PS Padang (Persatuan Sepakbola Padang).
saran : sebaiknya nama PSP Padang jangan di singkat lagi seperti di atas, tapi PS Padang atau biar lebih internasional FC Padang, begitu...
Posting Komentar