12 Mei 2008

Catatan Akhir Tahun 2003

PSP telah Mati!

Oleh : N. Nofi Sastera

Apa komentar Anda dengan judul di atas? Beragam? Pasti! Menganggap saya terlalu sarkastis, mungkin? Atau mungkin membenarkan bahwa PSP memang telah mati?

Seperti halnya Anda, komentar saya (dalam hati) juga beragam ketika seorang teman yang tahu saya pernah jadi Sekretaris Tim PSP di Kompetisi Liga Indonesia Divisi Utama mengatakan kalimat itu pada saya. Saya sendiri bahkan sempat mengulang-ulang kalimat itu dalam hati. Apa memang PSP sudah mati?

Jika jujur, keadaan PSP Padang sekarang memang mendekati kondisi sesuai arti kata ‘mati’ itu. Nyaris tak pernah lagi terdengar kegiatan PSP Padang. Terakhir, paling sekitar Agustus-September 2003 lalu saat ikut Kompetisi Suratin Cup tingkat nasional wilayah I di Medan. Di kompetisi yang mungkin di olahraga tinju diistilahkan sebagai mandatory fight (pertandingan wajib) nama besar PSP diwakilkan sepenuhnya kepada manajemen yang umumnya diisi pengurus klub PSTS Tabing. Lalu kenapa saya mesti menggunakan kata-kata diwakilkan sepenuhnya? Karena sebagaimana saya rasakan sendiri - saat itu saya juga jadi Sekretaris Tim - tak ada satupun bantuan dari pengurus PSP untuk tim PSP Yunior saat itu. (Untung saja Plt. Walikota Padang Drs. H.O.S. Yerli Asir turun tangan membantu dana dan bahkan menemani tim ke Medan).

Di bagian lain, kompetisi antar klub di lingkungan PSP juga tak pernah lagi digelar sejak empat atau lima tahun terakhir, meski semua tahu bahwa kompetisi adalah wadah mencari bibit-bibit pesepakbola terbaik. Lihat pula kepengurusan PSP Padang yang sudah berakhir masa baktinya. Selain Ketua Umum Zuiyen Rais dan Wakil Sekretaris Drs. Syahridal, nama-nama lain nyaris tak terdengar lagi aktivitasnya untuk PSP. Benar bahwa tahun 2002 lalu khabarnya mantan Dandim 0312 Padang Syaiful Bahri sempat ditunjuk jadi Ketua Harian PSP. Tapi, kini Beliau juga sudah pindah.

Praktis PSP saat ini ibarat kata pepatah bagai ‘karakok tumbuah di batu, hidup segan mati tak mau’. Sejak PSP tercampak ke Divisi I tahun 2000 dan kemudian tercampak lagi ke Divisi II sejak tahun 2001, nasib PSP nyaris tak terurus lagi. Kalau pun ada kegiatan yang harus diikuti seperti Kompetisi Suratin dll, pengurus PSP cendrung main aman dan menunjuk siapa yang berminat jadi manajer untuk bertanggung-jawab penuh dalam segala hal termasuk dana. Itu pula sebabnya jika kemudian tim gagal, pengurus PSP juga tak pernah mau meminta pertanggung-jawaban kepada manajemen yang telah ditunjuk tadi. Sebab ya boro-boro mau minta tanggung-jawab, sementara pengurus PSP sendiri nyaris tak punya tanggung-jawab. Kejadian yang dialami manajemen tim PSP Yunior 2002 (saat itu diwakili PS. Cahaya Baru) dan 2003 (PSTS Tabing) adalah contoh nyata untuk itu. Lantas, pertanyaannya sekarang adalah akan dibiarkankah PSP Padang mati?

Pengurus Baru

Jalan terbaik mengatasi persoalan PSP adalah bentuk pengurus baru, misalnya lewat Musda. Sebab lewat kepengurusan yang definitif dan segar dapat dilakukan berbagai perbaikan guna membangun sepakbola Padang ke arah yang lebih baik. Sehingga keadaan PSP yang kini colaps bisa berangsur pulih sebagaimana yang diharapkan.

Benar bahwa untuk mencari figur yang cocok dan pantas serta mau mengurus PSP Padang tak gampang. Sebab selain masih banyak orang yang trauma dengan kondisi PSP selama beberapa tahun terakhir, pengurus baru PSP nanti haruslah diisi oleh orang-orang yang mengerti bola, gila bola serta inovatif dan kreatif. Hal mana menurut saya itu bukanlah kendala utama. Sebab saya punya keyakinan masih banyak pejabat atau tokoh masyarakat kota Padang yang mau mengurus PSP.

Sebagai contoh, Plt. Walikota Padang Drs. H. O.S Yerli Asir, menurut saya sangat pas untuk menduduki jabatan Ketua Umum PSP yang baru. Bukan hanya karena jabatan ex officio-nya sebagai Plt. Wako, tapi karena Pak Adek, begitu sapaan akrabnya memang dikenal sebagai orang olahraga. Lihat saja, di sela-sela aktivitas beliau yang seabrek (sebagai Plt. Wako dan Kepala Bawasda Sumbar), Pak Adek justru sering terlihat di beberapa venues olahraga. Itu karena Beliau juga Wakil Sekretaris KONI Sumbar disamping Ketua Harian FORKI Sumbar. Lihat pula kesediaan Beliau ketika ikut mendampingi tim PSP Yunior bertanding di Medan beberapa waktu lalu. Apakah ini belum merupakan garansi untuk memilih Beliau sebagai Ketua Umum PSP?

Pengurus lain? Saya rasa tidak terlalu sulit. Jika memang disepakati Pak Adek yang akan jadi Ketua Umum PSP, saya rasa mencari pengurus lain yang akan membantu Beliau juga tidaklah sulit. Sebab, selain sudah dikenal makan tangannya di olahraga, Pak Adek sendiri juga punya lobby yang bagus selain punya koneksi yang banyak. Jadi apalah sulitnya bagi Beliau untuk mencari orang yang mau membantunya mengurus PSP. Begitu juga soal dana? Selain bisa dicarikan bersama oleh pengurus nantinya, Pak Adek sendiri selama ini punya banyak kiat dan keberanian yang positif untuk menyiasati ini. Lihat saja jalan Tabing Duku yang pembangunannya diprakarsai oleh Pak Adek, meski secara prinsip, ia hanya seorang Pelaksana Tugas dari Pejabat Walikota Padang, dan bukan Pejabat Definitif.

Jika sudah begitu, tunggu apa lagi untuk mengadakan Musda PSP? Sebab kita semua juga sudah merasa gerah dengan kondisi PSP sekarang. Lalu, masihkah kita punya kepedulian terhadap PSP. Atau memang kita semua sepakat untuk membiarkan PSP mati? Jika begitu, marilah kita bersama-sama mengucapkan, “Innalillahi wa Inna Ilaihi Rojiun.” (Dimuat di Harian Pos Metro Padang - Akhir Desember 2003)

Tidak ada komentar: