15 Mei 2008

PSP – From Zero to Hero

Oleh : DRS. H. YUSMAN KASIM

Alhamdulillah, keinginan warga pencinta bola kota Padang akhirnya terwujudkan. PSP Padang kembali masuk Divisi Utama. Kepastian itu diperoleh setelah PSP menang 2-1 atas PSKPS Padang Sidempuan dan akhirnya dilengkapi dengan kemenangan terakhir 1-0 atas tim negeri tetangga, PSPS Pekanbaru. Tim PSP Padang akhirnya mengemas nilai 34, tertinggi dari 9 peserta (dulunya 10 tim termasuk Medan Jaya yang mengundurkan diri) pada grup I Kompetisi Divisi I tahun ini.

Terlepas dari tim PSP yang saat ini masih terus berjuang memperebutkan gelar juara Kompetisi Divisi I tahun 2007 di Solo, apa yang telah diperoleh PSP saat ini tentu sangat menggembirakan khususnya bagi pengurus PSP periode 2004-2008. Prediksi awal Tim Penyusunan Program Kerja PSP yang dipimpin Sekum PSP Saudara Nofi Sastera ternyata tepat dan sesuai dengan target.

Benar bahwa tahun 2006 lalu kita sebenarnya sudah punya peluang untuk lolos ke Divisi Utama sebagaimana yang diharapkan. Namun pencapaian tahun ini tentu memiliki nilai yang lebih baik lagi. Paling tidak berkaca pada prestasi dua tim promosi tahun lalu PSSB Bireuen dan Persiraja Bandaaceh, yang nasibnya saat ini menyedihkan karena berpeluang besar kembali jatuh ke Divisi I. Sinyal yang dapat kita tangkap dari nasib PSSB Bireuen dan Persiraja Bandaaceh ini adalah jangan tergesa-gesa bila tidak pasti sejauh mana kesiapan kita untuk berada di Divisi Utama itu.

Kembali kepada PSP Padang. Bila boleh jujur, keberhasilan PSP lolos ke Divisi Utama tahun depan adalah merupakan buah dari perjuangan yang sangat minim dukungan dana, kalau tak boleh disebut tidak ada sama sekali. Pasalnya sejak pertama kali pengurus PSP periode 2004-2008 memulai tugasnya, tim PSP saat itu justru berada di kelompok Divisi III, yang merupakan kompetisi antar klub atau perserikatan di lingkungan Pengda PSSI Sumatera Barat. Sesuai istilah yang sering disebut banyak orang, bermain di kompetisi tarkam bagi tim sekelas PSP Padang yang punya nama dan sejarah panjang di sepakbola, jelas takkan bisa memancing minat orang untuk membantu PSP.

Tahun berikutnya, saat PSP sudah masuk Divisi II Nasional, kondisi yang sama juga harus dialami. Yaitu kurangnya perhatian orang tak hanya untuk membantu dana bahkan menonton pertandingan PSP sekali pun. Tahun berikutnya saat PSP sudah masuk Divisi I setelah menjadi Juara III Divisi II di Kudus, kondisi serupa masih tak berapa jauh berbeda. Tak heran bila di tahun 2007, saat PSP masih bertahan di Divisi I, tim PSP tetap tercatat sebagai tim yang sangat kecil sekali dukungannya, termasuk dukungan dana dari APBD.

Di luar bantuan dari Perubahan APBD yang saat ini dalam proses, total bantuan yang didapat PSP Padang dari APBD hanya Rp 2,75 Milyar dengan rincian Rp 2,5 M dari APBD kota Padang dan Rp 250 Jt dari APBD Provinsi Sumatera Barat. Bandingkan jumlah Rp 2,75 M tersebut dengan dana yang disediakan APBD tim daerah lain seperti PSAP Sigli Rp 14 M, Persih Tembilahan Rp 13 M, PSPS Pekanbaru Rp 11 M dan umumnya tim peserta grup I Divisi I yang rata-rata di atas Rp 7 M.

Dengan dana sebesar itu benar seperti ditulis Sekum PSP Padang N. Nofi Sastera di sebuah koran lokal Padang beberapa hari lalu, PSP akhirnya terpaksa hutang sana hutang sini. Tak hanya itu, saya sebagai Ketua Umum juga harus tunggang langgang lobi sana sini mencarikan dana untuk tim PSP. Selain itu tak terhitung pula banyaknya uang pribadi Ketua Harian sekaligus Manajer PSP Sdr. Indra Dt. Rajo Lelo harus terbenam dulu untuk mengatasi kekurangan biaya yang dialami PSP.

Dengan dukungan pendanaan yang sangat minim itu pula sebabnya, saya lebih cenderung menyebut tim PSP Padang beranjak dari sebuah kekosongan alias zero. Namun berkat kemauan, kerja keras dan kerjasama antara unsur pengurus dan manajemen tim serta dukungan Pemda Kota dan Pemda Provinsi serta berbagai pihak lain termasuk pers dan fans klub, Alhamdulillah tim PSP bisa mencapai impiannya. PSP Padang lolos ke Divisi Utama tahun 2008.

Dengan kondisi pendanaan seperti itu, agaknya tak salah bila saya kadang sempat melontarkan istilah bahwa perjuangan tim PSP Padang itu seperti istilah from zero to hero alias dari nol menjadi perkasa, atau dari kekosongan menjadi seorang pahlawan. Ya, PSP Padang memang layak disebut saat ini sebagai Pahlawan Kota Padang, apalagi dengan keberhasilan yang dicapai juga didapat pada saat Padang sedang merayakan HUT yang ke 338.

Catatan yang harus digaris-bawahi dari kondisi ini adalah apakah PSP akan seterusnya dengan kondisi from zero to hero ini, atau tidak. Jawabannya tentu kita pulangkan kepada pemilik PSP Padang yakni Pemda Kota Padang, Pemda Provinsi Sumatera Barat dan masyarakat secara umum. Sebagai pilihannya, bila PSP punya dukungan lebih baik, Insya Allah, prestasi atau sekurangnya bertahan di Divisi Utama akan bisa diraih. Tapi kalau kita terus berharap dengan from zero to hero nasib PSP Padang di Divisi Utama jelas tak bisa dipertanggung-jawabkan.

Lantas, masihkah kita akan bertahan dengan kondisi atau prinsip from zero to hero itu?

Tidak ada komentar: